Aku pernah bermimpi tentang seorang laki-laki beserta istri dan anak perempuannya melakukan perjalanan untuk mencari lingkungan yang nyaman sebagai tempat berlindung. Dalam perjalanan-nya mereka sekeluarga singgah di sebuah desa yang terbilang tidak kekurangan dan tidak berlebihan. Desa itu hidup berkecukupan dari segi perekonomian, itu terlihat dari pakaian yang di pakai para warganya saat keluarga laki-laki itu singgah di pasar untuk bertanya di mana masjid terdekat.
"Assalamualaikum, maaf masjid terdekat terletak di mana ya?", tanya sang laki-laki kepada wanita paruh baya yang sedang berjalan bersama suaminya di tengah keramaian pasar. Wanita paruh baya itu mengenakan gamis hitam dan berjilbab, beserta suaminya yang berpakaian gamis pria. Pasangan suami istri itu terlihat seperti pasangan suami istri kebanyakan di desa itu, terlihat sangat taat beragama. Alhamdulillah, berarti akan banyak yang solat berjemaah di masjid, pikir sang laki-laki beserta keluarganya.
"Waalaikumussalam, anda bisa berjalan terus sampai belokan pertama beloklah ke kanan maka anda bisa melihat jalan tanjakan. Di tebing sebelah kiri jalan jalan anda bisa lihat masjid kami tercinta", jelas sang wanita kepada laki-laki itu.
"Kami permisi dulu, terima kasih", maka sang laki-laki beserta keluarganya langsung berlalu menuju masjid antuk beristirahat dan melaksanakan solat luhur, karena waktu sudah hampir tengah hari.
Setelah keluarga itu berlalu, sang wanita paruh baya itu dan suaminya berdiskusi tentang keluarga yang baru saja berlalu. "Ibu ini gimana sih, ibu mau masjid yang sudah kita bangun dengan sumbangan warga desa ini di gunakan orang lain? Tidak kita kenal lagi! Rugi, Bu.", keluh sang suami kepada istrinya. "Masya Allah, iya ya Pak, ibu lupa. Ayo segera beritahu warga dan bergegas pergi ke masjid." kata sang istri dengan panik nya.
__________________________________________________________________________________
Keluarga itu sudah sampai di masjid dan segera melepas lelah. "Setelah letih kita pergi, segera ambil wudu ya. Hati jadi tenang melihat masjid yang begitu menawan, arsitektur yang bergaya timur tengah semakin indah dengan balutan warna pastel pada dinding dan lantainya. lantai dan tiang penyangga terbuat dari marmer kualitas terbaik. Angin sejuk menerpa , karena berada di ketinggian membuat masjid ini diliputi kesejukan dan kedamaian. Jika sudah di sana pasti lelah sudah tak terasa lagi. Benar-benar masjid yang di bangun dengan kasih sayang, pikir sang laki-laki.
Setelah mereka atak lelah lagi, mereka segera ambil wudu untuk segera melaksanakan solat sunah, karena beberapa menit lagi akan masuk waktu luhur. Namun, hal yang sangat mengejutkan terjadi saat mereka selesai mengambil wudu. semua warga desa telah berkumpul di dalam masjid wanita dan laki-laki. Tidak ada yang aneh dengan berkumpul-nya mereka karena waktu solat segera masuk. Yang sangat aneh dan membuat gusar adalah tatapan para warga yang seolah-olah tidak bisa menerima kehadiran orang lain di tengah-tengah mereka. Tatapan sinis para warga menusuk sampai punggung, mereka berdiri dengan tangan di lipat di dada dan tanpa senyum.
"Ayah, bagaimana ini? Apa kita pergi saja?", lalu tiba-tiba azan berkumandang. "Kenapa harus takut, kita kan di rumah Allah. Pasti akan di jaga oleh-Nya. Lagi pula sudah masuk waktu luhur. Tenang saja, ayah tahu cara membuat kita sedikit nyaman.", sang laki-laki segera berlalu menuju kotak amal yang ada di deretan depan di luar area solat. Laki-laki itu memasukkan dua lembar kertas ke dalam kotak amal itu, dan seketika rasa ngeri karena tatapan sinis itu hilang. Lalu segera sang lelaki masuk ke area solat, untuk segera melaksanakan solat. Lalu tiba-tiba istri laki-laki itu merebut kertas yang ada di tangan laki-laki itu dan bertanya, "Ayah kertas ini buat apa?". Sang laki-laki hanya bisa ter tunduk dan malu. Warga desa yang tahu kalau yang di masukkan ke kotak amal itu bukanlah uang segera duduk dan menyebar agar keluarga itu tidak bisa melaksanakan solat di masjid mereka.
Namun laki-laki itu tidak mau kalah, " Pak, tidak mau mengisi barisan paling depan?". "Tidak, saya mau di sini saja dengan istri saya.", jawab laki-laki paruh baya itu dengan sinis nya. Jawaban yang sangat aneh pikir laki-laki itu. Lalu di melihat tempat yang kosong yaitu tempat imam. Laki-laki itu segera menuju tempat imam. Para warga desa tidak menggubris nya, hingga sepasang suami istri muda maju dan siap menjadi makmum. Istrinya yang cantik menarik tangan anak dan istri pengembara menuju ruangan ber-hijab di kiri masjid. Tiba-tiba ada yang berseru,"Itu kan wanita yang satu grup marawis denganku aku harus ikut." Wanita lain mengikutinya karena alasan wanita itu wanita ter muda dan tercantik di desa ini dan masuk ke ruangan ber-hijab yang tidak pernah mereka gunakan sebelumnya. Akhirnya semua wanita desa itu telah masuk ke ruangan ber-hijab dan membuat barisan yang rapi.
Warga desa yang laki-laki akhirnya membuat barisan yang rapi di belakang imam, karena mengikuti laki-laki paling muda dan tampan di desa mereka. Hanya karena rasa iri, akhirnya sang pengembara beserta keluarga dapat melaksanakan solat berjamaah di masjid desa itu. walau awalnya penuh dengan tekanan. Setelah selesai melaksanakan solat, keluarga pengembara itu kembali melaksanakan per jalannya.